Politeknik Penerbangan Palembang

Menguak Misteri QWERTY: Siapa Penemu Tata Letak Keyboard Kita dan Mengapa Tidak Berurutan Abjad?

Hampir setiap hari kita berinteraksi dengannya, dari menulis email, membuat dokumen, hingga menjelajahi internet. Tata letak keyboard QWERTY telah menjadi standar global yang tak terpisahkan dari kehidupan digital kita. Namun, pernahkah Anda berhenti sejenak dan bertanya: siapa sebenarnya otak di balik susunan huruf yang tampak “acak” ini? Dan mengapa huruf-huruf tersebut tidak diurutkan secara abjad, seperti yang mungkin terasa lebih logis?

Artikel ini akan membawa Anda menelusuri lorong waktu, mengungkap kisah menarik di balik penemuan QWERTY, mengidentifikasi sosok jenius di baliknya, dan menjelaskan alasan fundamental mengapa tata letak ini dirancang sedemikian rupa, jauh dari urutan abjad yang kita kenal.

 

1. Mengenal Christopher Latham Sholes: Sang Arsitek QWERTY

Di balik hampir setiap inovasi besar, selalu ada seorang visioner. Untuk keyboard QWERTY, nama yang harus disebut adalah Christopher Latham Sholes. Sholes bukanlah seorang insinyur komputer modern, melainkan seorang jurnalis, penerbit surat kabar, dan politikus dari Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat, yang hidup pada abad ke-19.

Bersama rekan-rekannya seperti Samuel Soule dan Carlos Glidden, Sholes mulai bereksperimen dengan menciptakan mesin yang dapat menulis lebih cepat dan rapi daripada tulisan tangan. Proyek awal mereka adalah sebuah mesin penomor halaman buku, yang kemudian berkembang menjadi ide untuk menciptakan “mesin tulis” atau mesin ketik.

Pada tahun 1867, Sholes berhasil mematenkan mesin ketik pertamanya. Namun, desain awal ini masih sangat primitif dan memiliki tata letak keyboard yang jauh berbeda dengan yang kita kenal sekarang. Faktanya, mesin ketik awal Sholes justru menggunakan tata letak abjad, hampir mirip dengan tombol piano.

 

2. Dari Awal yang Kacau Balau Menuju QWERTY

Tata letak abjad pada mesin ketik prototipe Sholes terdengar masuk akal pada pandangan pertama. Bukankah lebih mudah bagi pengguna untuk menemukan huruf “A” di awal, diikuti “B”, “C”, dan seterusnya? Namun, dalam praktiknya, tata letak ini justru menimbulkan masalah serius.

Masalah Utama: Kemacetan Mekanis

Mesin ketik awal bekerja dengan prinsip tuas mekanis. Setiap kali tombol huruf ditekan, sebuah tuas yang memiliki karakter cetak di ujungnya akan bergerak maju untuk memukul pita tinta dan meninggalkan jejak di kertas. Ketika pengetik yang terampil mencoba mengetik dengan cepat menggunakan tata letak abjad, huruf-huruf yang sering digunakan secara berurutan (misalnya “ST”, “ER”, “TH”) seringkali berada terlalu dekat satu sama lain di papan ketik.

Akibatnya, tuas-tuas yang berdekatan ini akan saling bertabrakan atau macet sebelum sempat kembali ke posisi semula. Ini sangat frustrasi bagi pengguna dan sangat merusak mesin.

Solusi Inovatif: Pemisahan Huruf

Untuk mengatasi masalah kemacetan ini, Sholes dan timnya, termasuk Amos Densmore (seorang guru dan pengusaha yang melihat potensi pada penemuan Sholes), mulai bereksperimen dengan berbagai tata letak huruf. Mereka mempelajari frekuensi kemunculan huruf dalam bahasa Inggris dan pasangan huruf yang sering muncul secara berurutan. Idenya adalah untuk memisahkan huruf-huruf yang paling sering digunakan bersama agar tuas-tuasnya tidak saling berdekatan dan mencegah kemacetan.

Setelah beberapa kali revisi dan percobaan, tata letak QWERTY akhirnya lahir. Nama “QWERTY” sendiri diambil dari enam huruf pertama yang terletak di baris paling atas keyboard, dari kiri ke kanan. Tata letak ini dipatenkan pada tahun 1878.

 

3. Kerjasama dengan Remington dan Dominasi Pasar

Meskipun Sholes adalah penemunya, keberhasilan komersial QWERTY sebagian besar berkat kerja sama dengan perusahaan manufaktur senjata api dan mesin jahit, E. Remington and Sons. Remington membeli hak paten mesin ketik Sholes pada tahun 1873 dan mulai memproduksinya secara massal.

Mesin ketik pertama yang sukses secara komersial dan dilengkapi dengan tata letak QWERTY adalah Remington No. 2, yang diperkenalkan pada tahun 1878. Remington dengan cepat melatih para juru ketik untuk menggunakan tata letak baru ini, dan seiring waktu, kecepatan mengetik yang lebih tinggi (karena minimnya kemacetan) menjadi daya tarik utama.

Meskipun QWERTY awalnya dirancang untuk memperlambat pengetikan huruf-huruf yang berdekatan untuk mencegah kemacetan, para juru ketik terlatih justru menemukan bahwa mereka bisa mengetik lebih cepat dan lancar. Dengan semakin banyak orang yang belajar dan menggunakan QWERTY, tata letak ini menciptakan “efek jaringan.” Semakin banyak keyboard QWERTY yang terjual, semakin banyak juru ketik yang dilatih, dan semakin sulit bagi tata letak alternatif untuk mendapatkan daya tarik.

 

4. Era Digital dan Relevansi QWERTY Kini

Seiring berjalannya waktu, teknologi mesin ketik berkembang. Masalah kemacetan tuas mekanis telah lama menjadi sejarah dengan munculnya mesin ketik elektrik, lalu komputer, dan kini layar sentuh. Namun, anehnya, tata letak QWERTY tetap bertahan dengan gigih.

Mengapa demikian? Alasannya adalah kombinasi dari:

  • Inersia dan Kebiasaan: Jutaan orang di seluruh dunia sudah terbiasa dengan QWERTY. Mengubah standar ini akan membutuhkan upaya pelatihan ulang yang masif dan biaya yang sangat besar.
  • Biaya Transisi: Transisi ke tata letak baru akan sangat mahal, tidak hanya dalam hal perangkat keras tetapi juga dalam produktivitas yang hilang selama periode adaptasi.
  • Kurva Pembelajaran: Meskipun ada tata letak alternatif yang diklaim lebih efisien (seperti keyboard Dvorak yang dirancang untuk kecepatan dan ergonomi), QWERTY sudah menjadi “bahasa” universal keyboard.

QWERTY adalah contoh klasik bagaimana solusi untuk masalah teknis di masa lalu dapat membentuk standar yang terus bertahan jauh setelah masalah aslinya tidak lagi relevan. Ia bukan yang tercepat atau yang paling ergonomis, tetapi ia adalah yang paling familiar dan tertanam dalam budaya teknologi kita.

 

Kesimpulan

Jadi, siapa penemu QWERTY? Dia adalah Christopher Latham Sholes, seorang penemu cerdik dari abad ke-19. Dan mengapa keyboard tidak dibuat berurutan abjad? Alasannya bukan untuk mempercepat pengetikan, melainkan justru kebalikannya: untuk memperlambat pengetikan huruf-huruf yang sering berpasangan agar tuas-tuas mesin ketik mekanis tidak macet.

Meskipun teknologi telah berevolusi jauh melampaui mesin ketik Sholes, warisan desainnya terus hidup di setiap keyboard yang kita gunakan. Ini adalah pengingat yang menarik bahwa inovasi seringkali lahir dari kebutuhan praktis dan bahwa keputusan desain masa lalu dapat memiliki dampak abadi pada dunia modern kita.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
x  Powerful Protection for WordPress, from Shield Security
This Site Is Protected By
Shield Security