Politeknik Penerbangan Palembang

Mengungkap Misteri: Mengapa Mahasiswa Tiba-tiba Super Produktif Saat Dikejar Deadline?

Setiap mahasiswa pasti pernah merasakannya. Tumpukan tugas yang diabaikan selama berminggu-minggu, materi presentasi yang belum disentuh, atau esai yang baru terpikirkan kerangkanya. Namun, begitu jam dinding menunjukkan hitungan mundur menuju tenggat waktu, tiba-tiba saja muncul energi luar biasa, fokus yang tajam, dan ide-ide brilian seolah mengalir tanpa henti. Kafe-kafe mendadak ramai, mata kuliah disulap jadi arena balap kecepatan, dan dalam semalam, pekerjaan yang “mustahil” pun selesai. Fenomena ini bukan kebetulan, melainkan hasil dari kombinasi kompleks antara psikologi manusia, respons fisiologis, dan adaptasi perilaku. Mari kita telusuri mengapa deadline bisa menjadi pemicu produktivitas yang dahsyat bagi mahasiswa.

Hukum Parkinson dan Jeratan Prokrastinasi

Salah satu penjelasan mendasar mengapa pekerjaan seringkali baru selesai di menit-menit terakhir adalah Hukum Parkinson. Hukum ini menyatakan bahwa “pekerjaan akan meluas mengisi waktu yang tersedia untuk penyelesaiannya.” Jika Anda memiliki satu minggu untuk mengerjakan tugas yang sebenarnya bisa diselesaikan dalam satu hari, kemungkinan besar Anda akan menghabiskan seluruh minggu tersebut, atau setidaknya sebagian besar waktu, untuk menyelesaikannya. Ini bukan karena tugas itu memang sulit, melainkan karena otak cenderung mengisi kekosongan waktu dengan berbagai aktivitas yang kurang produktif.

Mahasiswa seringkali jatuh ke dalam perangkap prokrastinasi. Dengan waktu yang melimpah, tugas terasa tidak mendesak. Otak menunda pekerjaan berat demi gratifikasi instan, seperti berselancar di media sosial, bermain game, atau kegiatan santai lainnya. Namun, begitu deadline mendekat, waktu yang tersisa sangat terbatas, memaksa otak untuk memampatkan pekerjaan, mengeliminasi hal-hal tidak penting, dan fokus sepenuhnya pada penyelesaian tugas.

Tekanan dan Peningkatan Fokus: Efek Eustress

Ketika deadline sudah di depan mata, tubuh dan pikiran merespons dengan cara yang unik. Stres, yang sering dianggap negatif, sebenarnya memiliki dua sisi: distress (stres negatif) dan eustress (stres positif). Deadline adalah pemicu kuat untuk eustress.

  • Pelepasan Adrenalin dan Kortisol: Dalam situasi genting, tubuh melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Dalam dosis moderat, hormon-hormon ini tidak hanya meningkatkan kewaspadaan, tetapi juga mempertajam fokus, meningkatkan kemampuan kognitif, dan memberikan dorongan energi yang luar biasa. Ini adalah respons “fight or flight” yang dialihkan untuk menyelesaikan tugas akademik.
  • Eliminasi Distraksi: Tekanan deadline secara efektif menghilangkan semua distraksi. Tiba-tiba, keinginan untuk mengecek notifikasi atau menonton serial menjadi tidak relevan dibandingkan ancaman gagal memenuhi deadline. Otak secara otomatis menyaring informasi dan fokus pada hal yang paling penting.

Motivasi Ekstrinsik yang Kuat dan Konsekuensi Nyata

Deadline memberikan motivasi ekstrinsik yang sangat jelas dan kuat. Ada dua jenis motivasi utama yang bekerja di sini:

  • Ketakutan akan Konsekuensi Negatif: Mahasiswa termotivasi untuk menghindari nilai buruk, harus mengulang mata kuliah, atau bahkan di-drop out. Ketakutan akan kegagalan ini menjadi pendorong yang sangat efektif untuk mulai bertindak.
  • Keinginan untuk Mencapai Hasil Positif: Selain menghindari hal buruk, ada juga motivasi untuk mendapatkan nilai bagus, pengakuan dari dosen, atau sekadar kepuasan pribadi karena berhasil menyelesaikan tantangan.

Tanpa deadline, konsekuensi dari penundaan tidak langsung terasa. Namun, begitu waktu terbatas, konsekuensi menjadi nyata dan mendesak, memaksa individu untuk segera mengambil tindakan.

Dopamin dan Rasa Pencapaian

Menyelesaikan tugas yang sulit di bawah tekanan deadline memberikan rasa pencapaian yang luar biasa. Otak merespons ini dengan melepaskan dopamin, neurotransmitter yang terkait dengan sistem penghargaan dan kesenangan. Pelepasan dopamin ini menciptakan “rasa senang” setelah pekerjaan selesai, yang secara tidak sadar bisa memperkuat siklus kerja maraton saat deadline.

Siklus ini bisa menjadi pedang bermata dua: meskipun memberikan dorongan produktivitas jangka pendek, ketergantungan pada tekanan deadline dapat menyebabkan stres kronis dan mengabaikan strategi manajemen waktu yang lebih sehat dalam jangka panjang.

Manajemen Waktu yang Mendadak Efisien

Ketika waktu sangat terbatas, mahasiswa dipaksa untuk menjadi manajer waktu yang sangat efisien, meskipun dadakan. Mereka belajar untuk:

  • Prioritasi Agresif: Membedakan mana yang benar-benar esensial dan mana yang bisa diabaikan.
  • Pemekaran Tugas Cepat: Memecah tugas besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola dalam waktu singkat.
  • Fokus pada Esensi: Hanya mengerjakan inti dari tugas dan mengesampingkan detail yang tidak terlalu penting.

Kemampuan ini, meskipun dipicu oleh tekanan, sebenarnya adalah keterampilan manajemen waktu yang berharga jika dipraktikkan secara proaktif.

Kesimpulan

Produktivitas “ajaib” mahasiswa saat dikejar deadline bukanlah sebuah kebetulan, melainkan hasil dari interaksi kompleks antara Hukum Parkinson, eustress, motivasi ekstrinsik, sistem penghargaan dopamin, dan manajemen waktu yang dipaksakan. Meskipun cara ini terbukti efektif dalam banyak kasus, mengandalkan deadline secara terus-menerus dapat menyebabkan tingkat stres yang tinggi dan kualitas pekerjaan yang tidak optimal. Memahami mekanisme di balik fenomena ini dapat membantu mahasiswa untuk tidak hanya menyelesaikan tugas tepat waktu, tetapi juga mengembangkan kebiasaan produktif yang lebih sehat dan berkelanjutan di masa depan, tanpa harus selalu menunggu bel alarm deadline berbunyi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
x  Powerful Protection for WordPress, from Shield Security
This Site Is Protected By
Shield Security