Politeknik Penerbangan Palembang

Sejarah: Asal Terbentuknya Blok Timur dan Barat Pasca Perang Dunia II

Dunia pasca Perang Dunia II tidak lagi sama. Kemenangan atas kekuatan Poros ternyata melahirkan pembelahan yang lebih dalam, memisahkan dunia menjadi dua kubu ideologi yang berlawanan: Blok Timur dan Blok Barat. Pembagian ini bukan hanya sekadar geografis, melainkan representasi dari kontestasi ideologi, ekonomi, dan militer yang dikenal sebagai Perang Dingin. Bagaimana dua blok raksasa ini terbentuk? Mari kita telusuri asal-usulnya dari reruntuhan perang hingga munculnya “Tirai Besi” yang memisahkan dunia.

 

Akar Pembelahan: Konferensi Pasca Perang Dunia II

Benih-benih perpecahan mulai ditaburkan bahkan sebelum Perang Dunia II benar-benar berakhir. Konferensi-konferensi besar antara Sekutu—Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Uni Soviet—bertujuan untuk merencanakan masa depan Eropa yang porak-poranda. Namun, perbedaan visi dan kepentingan segera mencuat.

  • Konferensi Yalta (Februari 1945)

    Di Yalta, Krimea, Franklin D. Roosevelt (AS), Winston Churchill (Inggris), dan Joseph Stalin (Uni Soviet) bertemu untuk membahas nasib Jerman, pembentukan PBB, dan masa depan Eropa Timur. Meskipun ada kesepakatan umum tentang zona pendudukan di Jerman dan pembentukan pemerintahan demokratis di negara-negara yang dibebaskan, ketegangan sudah terasa. Stalin menegaskan kebutuhan Uni Soviet akan “zona keamanan” di perbatasannya, yang oleh Blok Barat dipandang sebagai upaya untuk memperluas pengaruh komunis.

  • Konferensi Potsdam (Juli-Agustus 1945)

    Setelah kekalahan Jerman dan dengan Presiden Harry S. Truman (AS) serta Perdana Menteri Clement Attlee (Inggris) menggantikan pemimpin sebelumnya, suasana di Potsdam jauh lebih tegang. Perbedaan pandangan tentang reparasi perang dari Jerman dan masa depan politik Polandia semakin menajam. Uni Soviet telah menduduki sebagian besar Eropa Timur dan mulai memasang pemerintahan pro-Moskow, bertentangan dengan semangat deklarasi Yalta tentang penentuan nasib sendiri. Hal ini memperkuat kecurigaan Barat terhadap niat ekspansionis Soviet. Sumber: Britannica – Potsdam Conference

 

Dua Ideologi yang Berlawanan

Perang Dingin pada intinya adalah benturan dua ideologi yang secara fundamental berlawanan, masing-masing dipimpin oleh kekuatan adidaya dengan sistem politik dan ekonomi yang kontras.

  • Kapitalisme dan Demokrasi Liberal (Blok Barat)

    Blok Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, menganut prinsip kapitalisme dan demokrasi liberal. Ideologi ini menekankan:

    • Ekonomi Pasar Bebas: Kepemilikan pribadi atas alat produksi, persaingan bebas, dan peran minimal pemerintah dalam ekonomi.
    • Hak Individu dan Kebebasan: Penekanan pada kebebasan berbicara, berkumpul, beragama, dan hak-hak asasi manusia lainnya.
    • Demokrasi Multi-Partai: Sistem politik di mana warga negara memiliki hak untuk memilih perwakilan mereka dalam pemilihan yang bebas dan adil.

    Negara-negara Eropa Barat, seperti Inggris, Prancis, Italia, dan Jerman Barat, menjadi inti dari blok ini, didukung oleh AS untuk membangun kembali ekonomi mereka dan melawan daya tarik komunisme.

  • Komunisme dan Ekonomi Terencana (Blok Timur)

    Di sisi lain, Blok Timur, di bawah hegemoni Uni Soviet, berpegang pada ideologi Marxisme-Leninisme:

    • Ekonomi Terencana Terpusat: Kepemilikan negara atas alat produksi, perencanaan ekonomi terpusat, dan distribusi sumber daya yang dikendalikan pemerintah.
    • Kolektivisme: Penekanan pada kepentingan kolektif masyarakat di atas kepentingan individu.
    • Sistem Satu Partai: Partai Komunis sebagai satu-satunya otoritas politik, menekan oposisi dan kebebasan sipil demi tujuan revolusi proletariat.

    Negara-negara di Eropa Timur seperti Polandia, Jerman Timur, Cekoslowakia, Hongaria, Rumania, dan Bulgaria, dipaksa untuk mengadopsi sistem ini dan menjadi negara satelit Uni Soviet.

 

Pembentukan Aliansi Militer dan Ekonomi

Untuk mengkonsolidasikan pengaruh dan melindungi kepentingan masing-masing, kedua blok membentuk aliansi militer dan ekonomi yang kuat, menciptakan keseimbangan kekuatan yang tegang.

  • NATO: Perisai Barat (1949)

    Pada tahun 1949, ketakutan akan ekspansi Soviet mendorong pembentukan North Atlantic Treaty Organization (NATO). NATO adalah aliansi militer yang didasarkan pada prinsip pertahanan kolektif: serangan terhadap satu anggota akan dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota. Ini adalah janji untuk saling membantu jika diserang, terutama oleh Uni Soviet. Anggota pendiri termasuk AS, Kanada, Inggris, Prancis, Belgia, Belanda, Luksemburg, Italia, Portugal, Norwegia, Denmark, dan Islandia.

  • Pakta Warsawa: Tandingan Timur (1955)

    Sebagai respons langsung terhadap pembentukan NATO dan, khususnya, remiliterisasi Jerman Barat, Uni Soviet membentuk Pakta Warsawa pada tahun 1955. Ini adalah aliansi militer yang menyatukan Uni Soviet dengan negara-negara satelitnya di Eropa Timur. Tujuannya adalah untuk mengkoordinasikan pertahanan di antara negara-negara komunis dan untuk memberikan kontrol militer Moskow atas negara-negara anggotanya, seringkali digunakan untuk menumpas pemberontakan internal, seperti di Hongaria pada tahun 1956 dan Cekoslowakia pada tahun 1968.

  • Rencana Marshall dan Comecon: Perang Ekonomi

    Selain aliansi militer, kedua blok juga menggunakan kekuatan ekonomi sebagai alat pengaruh. Rencana Marshall (secara resmi European Recovery Program) diluncurkan oleh AS pada tahun 1948, menyalurkan bantuan finansial besar-besaran untuk membangun kembali ekonomi Eropa Barat yang hancur. Ini tidak hanya membantu pemulihan ekonomi tetapi juga secara efektif mencegah daya tarik komunisme di negara-negara tersebut. Sebagai balasan, Uni Soviet mendirikan Dewan Bantuan Ekonomi Bersama (Comecon) pada tahun 1949. Organisasi ini dimaksudkan untuk mengintegrasikan ekonomi negara-negara Blok Timur, meskipun seringkali berfungsi untuk menguntungkan Uni Soviet dengan mengorbankan negara-negara anggotanya.

 

Garis Pemisah: Tirai Besi dan Tembok Berlin

Istilah “Tirai Besi” dipopulerkan oleh Winston Churchill dalam pidatonya pada tahun 1946, menggambarkan garis imajiner namun sangat nyata yang memisahkan Eropa menjadi dua wilayah ideologis dan politik. Garis ini menjadi semakin konkret dengan pembatasan perjalanan yang ketat, kontrol perbatasan yang dijaga ketat, dan, yang paling simbolis, pembangunan Tembok Berlin.

Pada tahun 1961, Jerman Timur membangun Tembok Berlin untuk mencegah warganya melarikan diri ke Berlin Barat yang lebih makmur dan bebas. Tembok ini menjadi simbol fisik paling mencolok dari pembelahan dunia, membelah sebuah kota, dan memisahkan keluarga selama hampir tiga dekade. Pembagian ini bukan hanya politik atau militer, tetapi juga memengaruhi kehidupan sehari-hari jutaan orang, membentuk identitas nasional, dan memicu berbagai krisis global.

 

Kesimpulan

Asal-usul pembelahan dunia menjadi Blok Timur dan Barat adalah kisah kompleks tentang ambisi pasca-perang, ketidakpercayaan ideologis, dan perebutan kekuasaan. Dari konferensi di Yalta dan Potsdam hingga pembentukan NATO dan Pakta Warsawa, setiap langkah mengukuhkan polarisasi global yang mendefinisikan sebagian besar abad ke-20. “Tirai Besi” yang memisahkan dunia ini, baik secara fisik maupun ideologis, membentuk lanskap geopolitik selama hampir 40 tahun, memicu perlombaan senjata, perang proksi, dan persaingan sengit yang nyaris membawa umat manusia ke ambang kehancuran. Meskipun Tembok Berlin telah runtuh dan Uni Soviet telah bubar, warisan dari pembelahan ini masih terasa dalam struktur politik dan ekonomi dunia modern.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
x  Powerful Protection for WordPress, from Shield Security
This Site Is Protected By
Shield Security